Minggu, 15 Januari 2017

Kisah Bu Mujiati Ekspor Sambal Cuk! ke Texas, Tiongkok, Taiwan, dan Singapura

Mujiati, pemilik Sambal Cuk! Surabaya.


SURABAYA – Kata ‘Cuk’ mungkin terdengar ofensif di telinga orang yang tidak tinggal di Surabaya dan sekitarnya karena biasa dikaitkan dengan omongan kasar. Namun bagi warga Surabaya, kata tersebut sudah menjadi ekspresi khas Surabaya yang bisa disampaikan tanpa melukai hati satu sama lain.

Kata ‘Cuk’ itu juga dicantumkan oleh Mujiati sebagai brand dari usaha miliknya yakni Sambal Cuk! sebagai penggambaran produk yang berawal dari Surabaya itu.
Selain itu, kata ibu dua anak tersebut, kata ‘Cuk’ juga mewakili ketegasan orang Surabaya dan Jawa Timur yang juga akan terasa setelah merasakan produk sambalnya yang memiliki tingkat kepedasan tinggi sehingga begitu tajam dan tegas cita rasanya.

“Kata ‘Cuk’ itu juga merupakan singkatan dari ‘cabe, uleg, dan kemasan’ yang mana sangat menggambarkan produk saya,” jelasnya.
Produk Sambal Cuk! adalah berbagai macam sambal pedas yang dikemas dalam kaleng maupun sachet sehingga tidak ribet jika ingin mengonsumsinya dan mudah dibawa kemana saja serta higienis.
Inspirasi untuk membuat usaha sambal kemasan itu didapat Mujiati pada 2009 setelah merasakan kebosanan ketika masih bekerja sebagai karyawan di perusahaan asing selama 25 tahun lamanya.
Berawal dari kegemarannya makan sambal dan makanan pedas, wanita 47 tahun itupun mencoba membuat sambal ikan asin klotok dan membawanya ke acara kantor.
“Awalnya hanya kantor Surabaya, kemudian kantor Jakarta, Medan, dan beberapa kantor di kota lain,” ceritanya. Ternyata, Mujiati mendapatkan tanggapan bagus mengenai sambalnya dan banyak yang memesan sambal buatannya secara kiloan.
Saat itu, belum ada produsen sambal uleg kemasan sehingga Mujiati pun memberanikan diri untuk mencoba mengembangkan usaha di bidang sambal kemasan. Pada 2013, Sambal Cuk! sudah memiliki lima macam varian, yaitu sambal ikan asin, sambal bawang, sambal ijo teri medan, sambal bajak, dan sambal korek bebek madura.
Berkat Sambal Cuk!, Mujiati mendapatkan banyak penghargaan, meraih banyak juara, dan mendapat kesempatan untuk mengikuti pelatihan bisnis secara gratis. Ia juga mendapatkan bantuan modal sehingga dapat mengembangkan bisnisnya.
Mujiati, pemilik Sambal Cuk! Surabaya. 
Semua itu membuat semangat dan fokusnya ia kerahkan sepenuhnya untuk menyeriusi Sambal Cuk! hingga sekarang.
Bisnis yang awalnya hanya dijalankan via online dan promosi dari mulut ke mulut, kini sudah memiliki toko offline dan beredar di hampir seluruh supermarket di Surabaya. Belum lagi, mulai 2016 Sambal Cuk! juga diekspor ke Texas, Tiongkok, Taiwan, dan Singapura. 
Siasat Kala Harga Cabai Tinggi
Menjadi pengusaha memang tidaklah mudah. Pemilik Sambal Cuk!, Mujiati pun juga demikian. Ia mengalami perjuangan berat selama menjalankan bisnisnya yang berjalan di bidang sambal kemasan.
Bahan-bahan untuk membuat sambal sebagian besar adalah bahan-bahan yang harganya fluktuatif, antara lain cabai dan bawang putih. Wanita kelahiran 31 Desember 1969 itu mengaku harus pintar-pintar memperhitungan harga pokok dengan harga jual.
Belum lagi saat ini harga cabai melonjak drastis hingga pada angka Rp 105.000 per kilogram. Sementara, harga sambal kemasan yang ia jual tentu tidak bisa tiba-tiba ia naikkan begitu saja. Mujiati dan sang suami, Hadi Subagio, menyiasati harga bahan yang fluktuatif tersebut dengan dua cara.
“Caranya adalah dengan menyimpan cabai saat harganya murah. Cara pertama disimpan dalam keadaan kering matang, atau cara kedua dengan menyimpannya dalam keadaan fresh setengah jadi di dalam freezer. Jika akan diproses, cabai kering matang disiram dengan air panas akan menjadi fresh kembali, sedangkan cabai setengah jadi dibiarkan hingga tidak membeku,” ujarnya.
Dengan cara tersebut, cabai akan tetap fresh dan standar rasa dari produk-produk Sambal Cuk! tetap terjaga.
Mujiati menilai, di Indonesia ini cabai masih menjadi penentu inflasi tertinggi sehingga seharusnya konsumsi dialihkan pada cabai olahan bukan terus-menerus terpaku pada cabai segar. “Sudah banyak juga produsen sambal olahan, khususnya di Surabaya.
Sambal Cuk! juga memiliki produk serupa sambal kalengan yang bisa digunakan sebagai pengganti cabai segar untuk memasak dengan harga yang lebih murah dari harga tertinggi cabai,” kata lulusan STIE Perbanas Surabaya itu. 
Buat Varian Sambal Nusantara
Mujiati, pemilik Sambal Cuk! mendapatkan dukungan penuh dari suami dan kedua putrinya untuk menjalankan usaha sambal uleg kemasannya. Meski sempat mengalami naik turun, menurutnya hal itu sangatlah wajar ketika menjalani suatu bisnis.
Ia amat bersyukur mendapat bantuan luar biasa dari sang suami, Hadi Subagio yang juga ikut memfokuskan diri ke Sambal Cuk! dan melepaskan pekerjaannya di bidang kontraktor.
Saat ini, Mujiati memiliki 20 karyawan yang membantunya dalam proses produksi. Selain itu, ia juga memberdayakan ibu-ibu di sekitar rumahnya. “Ya agar mereka ikut memiliki, hitung-hitung juga bagi-bagi penghasilan,” ujarnya lalu tersenyum.
Ia juga bekerjasama dengan petani cabai di Jember untuk menyuplai cabai segar yang ia gunakan di produk-produk Sambal Cuk!.
Mujiati ingin Sambal Cuk! menjadi pilihan sambal uleg kemasan di Indonesia sehingga Indonesia tidak lagi selalu tergantung dengan cabai segar. Untuk itu, ia membuat 20 varian rasa sambal nusantara.
Mulai dari Sambal Andaliman dari Batak, Sambal Ikan Asin Klotok khas Jawa Timur, Sambal Ijo Teri Medan, Sambal Korek Bebek Madura, Sambal Matah Bali, hingga Sambal Dhabu-Dhabu khas Manado.
Ia berharap usahanya itu terus berkembang dan lebih maju. “Rencananya sih mau membuat tempat industri yang lebih besar, semoga bisa segera terwujud,” tutupnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar