Kamis, 12 Januari 2017

Warga Bantaran Kali di Kota Surabaya Berharap Ada Pendampingan Kader

Pemukiman kumuh di Kelurahan Simokerto, Kecamatan Simokerto, Kota Surabaya, Kamis (12/1/2017). 

SURABAYA - Kondisi perkampungan yang kurang layak, terutama untuk sanitasi dan lingkungan yang kumuh, membuat warga masyarakat setempat jengah (tidak nyaman-Red).
Mereka sebenarnya menginginkan ada perubahan di perkampungan.
Sayangnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dianggap kurang dalam memberikan pemberdayaan kepada warga.
Masruroh, warga Sidotopo ini, mengungkapkan, Pemkot Surabaya dinilai kurang memberikan pemahaman kepada warga.

Terlebih, pembelajaran bagi warga yang bertempat tinggal di bantaran kali.
Tidak hanya itu, ia berharap, pemberian pengetahuan itu bisa secara intens.
"Karena memang sudah menjadi kebiasaan dari dulu, kalau tidak dikasih tau secara terus menerus, pasti tidak berubah," ujar Masruroh, Kamis (12/1/2017).
Ia menambahkan, warga pernah mendapat sosialisasi tetapi hanya beberapa kali saat itu, dan tidak ada kelanjutannya lagi.
Bila Pemkot Surabaya ingin menuntaskan masalah sanitasi dan pemukiman kumuh, lanjut Masruroh, seharusnya lebih serius dalam pengerjaannya.
Misalnya saja, ada pendampingan dari kader-kader. Sehingga, sistem kontrol di masyarakat akan terlaksana.
"Setahu saya belum ada pendampingan atau kader. Tetapi kurang tahu lagi kalau disini masih nunggu antrean untuk pemberdayaan. Seingat saya, masih belum ada pelatihan soal limbah lagi disini," paparnya.
Hal senada diutarakan Robiatul Mukarromah. Menurutnya, dengan adanya pendampingan atau kader dapat membantu kesulitan warga yang ingin maju berbenah.
Pasalnya, melalui pendampingan itu, warga masyarakat akan termotivasi untuk menjadikan perkampungannya lebih layak huni.
"Senang kalau misal ada kader. Kenapa begitu? Misal begini kami mau kelola atau manfaatkan air limbah, bagaimana caranya supaya bisa dipakai kembali airnya untuk dimanfaatkan sebagai siram tanaman," katanya.
Robiatul mengungkapkan, untuk membuat saringan instalasinya itu sulit. "Kalau disuruh buat sendiri-sendiri akan kesulitan," imbuhnya.
Cek Lapangan
Sementara itu, Camat Semampir, Hindun, sangat mengapresiasi porgram PUPR yang terkait pemberdayaan perkampungan kumuh, sanitasi dan penyaluran air bersih. Sehingga, masyarakat yang ada di kawasannya bisa turut andil.
"Tentunya kami akan support dan dukung penuh program pemerintah pusat maupun pemkot, untuk memajukan dan mengembangkan perkampungan di Surabaya ini," ujar Hindun.
Pemberdayaan yang dilakukan Kecamatan Semampir, lanjutnya, meliputi, cek dan kroscek ke lapangan mendatangi rumah warga. Harapannya, warga tergerak dan mau mengubah kebiasaan yang telah ada.
"Sosialisasi itu pasti, ada cek satu-satu ya. Mana saja rumah kumuh yang perlu diperhatikan, apa saja kendalanya, dan apa saja yang dibenahi. Jadi, semuanya langsung mendatangi lapangan," imbuhnya.
Untuk wilayah Wonokusumo saja, warga yang menempati 56.000 jiwa dari 180.000 jiwa total keseluruhan penduduk di Kecamatan Semampir. Dari jumlah itu, garis kemiskinan banyak didapati di wilayah itu.
"Hampir rata-rata mereka ini pekerja, seperti menarik becak. Jadi, bisa dibayangkan, dalam satu rumah semua ada di dalam satu tempat. Mulai tempat cuci baju, masak, makan dan lain-lainnya. Ini juga ditempati untuk tempat tinggal, sangat miris bukan," papar Hindun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar